“Perlukah alasan (menolong orang)? Aku tak tahu apa alasan manusia untuk saling membunuh. Tetapi, untuk menolong seseorang tidak dibutuhkan alasan yang logis, bukan?” (Shinichi Kudo)
Begitulah salah satu quote dari Main Character (MC) komik Detective Conan yang paling berkesan bagi penulis. Menginspirasi untuk terus membantu orang lain tanpa harus mencari alasan. Tak terasa, manga Detektif Conan sudah berusia 30 tahun terhitung sejak pertama rilis di majalah Weekly Shonen Shogakukan pada 19 Januari 1994 silam. Penulis sendiri sudah membaca komik Detektif Conan sejak tahun 1998, dikenalkan teman sekelas yang mengoleksi komiknya. Manga online Detektif Conan Bahasa Indonesia yang terakhir penulis baca sudah mencapai chapter 1112. Sementara untuk versi Bahasa Inggris (komik ‘Case Closed’) yang terakhir dibaca sudah mencapai chapter 1122.
Secara ide cerita, Detektif Conan memang terbilang orisinil dan menarik. Jika komik detektif lain semisal Detektif Kindaichi dan Detective School Q, bahkan Sherlock Holmes, musuh utamanya adalah seseorang atau organisasi yang menjadi ‘konsultan’ dan ‘arsitek’ kejahatan, musuh utama Detektif Conan adalah organisasi mafia kriminal yang disebut Black Organization (Organisasi Hitam) yang membuat Detektif SMA Shinichi Kudo menjadi anak kecil setelah dipaksa meminum pil APTX 4869. Anak kecil itulah yang menjadi MC komik Detektif Conan bernama fiktif Conan Edogawa yang berasal dari nama Arthur Conan Doyle (penulis serial Sherlock Holmes) dan Edogawa Ranpo (penulis novel misteri Jepang). Jadi, alur utama Detektif Conan adalah upaya Shinichi Kudo melawan Organisasi Hitam dan kembali ke wujud aslinya.
Kisahnya semakin menarik dengan nuansa romansa karena untuk memudahkan penyelidikannya, Conan tinggal bersama Kogoro Mouri, detektif swasta konyol yang merupakan ayah dari Ran Mouri, ‘gebetan’nya Shinichi Kudo. Aoyama Gosho, penulis Detektif Conan, pada November 2016 pernah menyampaikan bahwa salah satu inspirasi Detektif Conan adalah kisah ‘Mikeneko Holmes’ karya Jiro Akagawa yang menceritakan kucing detektif yang membantu pemiliknya, seorang detektif swasta dalam memecahkan kasus. Sebagaimana Conan membantu Kogoro ‘Tidur’ dengan alat-alat canggih dari Profesor Agasa, menjadi detektif terkenal dengan deduksinya sambil tertidur. Romantika Shinichi Kudo dengan Ran Mouri dan dinamika dalam membantu Kogoro Mouri yang tidak menyukai Shinichi semakin menambah warna menarik dalam cerita Detektif Conan. Dari komik yang terbit tiap pekan, Detektif Conan kemudian berkembang menjadi manga buku, anime, movie, video game, hingga drama live-action.
Jika ada sesuatu yang kurang dari serial Detektif Conan, itu adalah karena timeline-nya ‘mati’, Conan ‘terperangkap’ di kelas 1 SD bersama grup detektif ciliknya. Sementara Shinichi Kudo, Ran Mouri, Sonoko Suzuki, dan kawan-kawannya ‘terperangkap’ di kelas 2 SMA, walaupun sudah lebih dari 1100 chapter yang diterbitkan. Sebenarnya matinya timeline tidak masalah jika komiknya ringan dan pendek-pendek semacam komik kesukaannya Pak Jokowi, Doraemon dan Crayon Shinchan. Namun untuk komik ber-genre misteri, ‘mati’nya linimasa Detektif Conan sangat mengganggu, apalagi temanya detektif yang sangat erat kaitannya dengan waktu. Alibi, waktu terjadinya kejahatan, dan waktu perkiraan kematian semuanya terkait dengan waktu. Beberapa kasus berhubungan dengan waktu, beberapa kasus lain ter-mention langsung tanggal dan bulan kejadiannya. Beberapa kasus lain disebutkan beberapa hari, pekan, atau bulan kemudian. Komik genre misteri lainnya semisal Death Note, Yakusoku no Neverland, atau Monster memiliki linimasa yang hidup, dan memang seharusnya begitu. Bahkan komik ber-genre aksi dan petualangan seperti One Piece dan Naruto pun memiliki ‘gunung alur’ dan linimasa yang jelas.
Garis waktu Detektif Conan yang tidak jelas inilah barangkali yang membuat latar waktunya juga jadi tidak jelas, mengikuti perkembangan real life walaupun linimasanya berhenti. Misalnya dulu Conan menelpon dengan telepon umum sebelum punya pager, yang mungkin gen Z sekarang sudah tidak mengenal telepon umum ataupun pager. Kemudian berkembang punya HP ‘jadul’, hingga kasus-kasus beberapa tahun terakhir sudah melibatkan smartphone. Contoh lain dulu kasus yang melibatkan file komputer disimpan dalam disket, kemudian berkembang menjadi CD, dan selanjutnya berkembang menjadi flashdisk. Perangkat yang digunakan lintas zaman, namun linimasanya tidak bergerak. Berbeda dengan One Piece-nya Eiichiro Oda yang juga sudah lebih dari 1100 chapter, Aoyama Gosho tampak tidak menyiapkan gunung alur Detektif Conan, bahkan bisa jadi ending-nya pun belum benar-benar disiapkan.
Padahal yang paling menarik dari Detective Conan adalah alur utama dan yang terkait dengan alur utama. Bukan dengan kasus recehnya Kogoro Mouri, atau Grup Detektif Cilik, atau bahkan Kaito Kid dan Heiji Hattori yang seringkali tidak berhubungan langsung dengan alur utama. Sebagai pemanis bisa dengan alur romansa Shinichi – Ran. Selebihnya bisa di spin off seperti dalam komik Detektif Conan Spesial yang berisi kasus-kasus singkat. Daripada spin off tentang Tooru Amuro/ Rei Furuya/ Zero/ Bourbon yang sebenarnya cuma ‘NPC’. Kisah tentang Conan jadi besar karena arak cina dari Heiji, kasus Black Organization di perusahaan game dan perampokan bank, atau kemunculan tokoh-tokoh Black Organization seperti Tequilla, Ai Haibara/ Miyano Shiho, Pisco, Vermouth, Bourbon, Kir, hingga Rum menjadi cerita yang sangat menarik. Belum lagi ‘bentrokan’ yang langsung melibatkan Black Organization selalu menegangkan, misalnya penyamaran Vermouth sebagai Dr. Araide, penangkapan dan pembebasan Kir, kasus di kereta misteri, ‘adu mekanik’ antara Akai dengan Bourbon, pembunuhan Kohji Haneda dan Amanda Hughes 17 tahun lalu, hingga bentrokan antara Black Organization dengan FBI.
Sebagai pembaca komik, tentunya kita berharap Detektif Conan dapat diakhiri dengan baik. Perlu diingat bahwa Aoyama Gosho sudah berusia 60 tahun, bukan lagi usia muda, pun angka harapan hidup di Jepang mencapai hampir 85 tahun. Waktu tiga dasawarsa Detektif Conan sudah cukup mendulang banyak kesuksesan. Saatnya mempersiapkan akhir yang memuaskan. Jangan sampai mangakanya lebih dulu berakhir sebelum manganya, seperti Doraemon (Fujiko F. Fujio), Berserk (Kentaro Miura), ataupun Crayon Shinchan (Yoshito Usui). Jangan pula hiatus tanpa kejelasan seperti Hunter x Hunter. Sudah sampai sejauh ini, seharusnya bisa dirampungkan dengan lebih memfokuskan pada alur utama. Selamat hari jadi yang ke-tiga dasawarsa, Detektif Conan, menemani dari masa SMA hingga sudah punya anak tiga. Semoga bisa lekas dapat label ‘tamat’.
“Nyawa manusia itu berharga karena ada batasnya. Batasan itulah yang bisa membuat seseorang berjuang dalam hidupnya” (Heiji Hattori)
Recent Comments