“Manusia suatu saat pasti akan mati, tetapi ilmu mereka tidak akan mati” (Ishigami Senku – Dr. Stone)
Setelah lima tahun, manga berjudul ‘Dr. Stone’ yang serialnya dimuat dalam majalah Weekly Shonen Jump sejak Maret 2017 akhirnya tamat pada chapter 232 di awal Maret ini. Manga yang ditulis oleh Riichiro Inagaki dan diilustrasikan oleh Boichi ini juga sudah dianimasikan dan animenya sudah ditayangkan sejak Juli 2019 lalu. Shuonen bergenre science-fiction adventure ini menceritakan tentang seorang remaja jenius bernama Senku Ishigami bangkit dari pembatuan, 3.689 tahun 158 hari setelah kilatan cahaya hijau misterius mengubah umat manusia menjadi batu. Setengah tahun kemudian, Taiju Oki, teman sekelasnya Senku juga terbangkitkan. Petualangan mereka pun dimulai, untuk kembali membangun peradaban manusia yang telah hancur kembali ke zaman batu, menghidupkan kembali orang-orang, dan menyelesaikan misteri di balik cahaya pembatuan 3700 tahun yang lalu.
Petualangan mereka tentunya tidak sederhana, dengan kejeniusan Senku dan kekuatan fisik Taiju mereka memulai mengakselerasi ilmu pengetahuan dan teknologi, mulai dari teknologi sederhana untuk bertahan hidup, hingga teknologi yang semakin kompleks seiring semakin banyaknya manusia yang dibangkitkan dan kompleksitas alur ceritanya. Ada juga permusuhan dan peperangan yang harus dihadapi dalam petualangan mereka, pun pada akhirnya lawan pun menjadi kawan dengan tujuan memecahkan misteri pembatuan 3700 tahun yang lalu. Di bagian terakhir, Stone to Space Saga – Moon Mission Arc, dikisahkan bagaimana Senku dan Kerajaan Sains berkeliling dunia mengumpulkan bahan dan sumber daya (termasuk manusia) untuk membuat satelit dan pesawat ruang angkasa ke bulan dimana sosok misterius Why-Man yang membatukan umat manusia berada.
Manga Dr. Stone memang tidak setenar manga legendaris seperti Doraemon ataupun Dragon Ball. Juga tidak sepopuler manga bergenre action advanture seperti One Piece atau Naruto. Pun demikian, tema ‘kiamat pembatuan’ ini tampak cukup orisinil dibandingkan tema isekai, kultivasi, reinkarnasi/ regresi, ataupun sistem/ game yang relatif mainstream baik di manga, manhwa, ataupun manhua. Apalagi beberapa bagian penjelasan tentang sains dalam manga Dr. Stone cukup detail dan mengharuskan pembacanya berpikir. Hal ini menunjukkan bahwa penulis manga melakukan riset yang cukup dalam untuk membangun alur cerita. Namun namanya juga cerita fiksi, terdapat berbagai hal yang tidak logis di antara tema sains yang dimunculkan. Misalnya saja bagaimana Senku bisa menghitung jumlah detik dan hari yang dilalui selama pembatuan secara presisi, padahal sejenius apapun manusia tetaplah butuh mengistirahatkan otaknya. Atau bagaimana manusia yang membatu tidak tertutup vegetasi tumbuhan, tertimbun dalam tanah dan menjadi lapuk setelah ribuan tahun berlalu.
Beberapa hal yang tidak logis bahkan berpotensi menghadirkan plot hole, misalnya mengapa ayahnya Senku dan rekan-rekan astronot yang selamat dari pembatuan tidak membangun peradaban yang lebih besar dan meninggalkan warisan ilmu pengetahuan yang lebih lengkap untuk generasi selanjutnya. Atau bagaimana pembatuan dapat menyembuhkan luka bahkan menghidupkan kembali yang telah mati. Atau bagaimana hewan yang tidak terbatukan seharusnya lebih mendominasi dunia tanpa manusia. Catatan lainnya barangkali alur yang terlalu cepat di akhir-akhir seakan dikejar deadline untuk segera tamat. Plot twist yang diharapkan di akhir juga tidak terjadi, why man ternyata ‘hanyalah’ sekumpulan alat pembatuan, parasit mesin yang hidup dari baterai berlian. Yang bahkan takt ahu siapa yang menciptakannya. Alasan dibalik pembatuan dari perspektif why man jadi ‘agak awkward’, dan cerita spin off berjudul ‘Dr. Stone Reboot: Byakuya’ jadi tidak terasa istimewa.
Pun demikian, ada hal yang menarik di chapter 211. Dalam perjalanan mengumpulkan sumber daya dari seluruh dunia untuk membangun roket, pemberhentian terakhir Senku dan kawan-kawan adalah di Indonesia. Mereka membangun Kota Karet di Kalimantan. Indonesia juga dijadikan negeri penghasil beras untuk membuat onigiri. Di chapter 218, Indonesia kembali disebutkan sebagai salah satu jaringan komunitas ilmuwan yang terhubung dengan internet pertama melalui kabel bawah laut. Indonesia memang disebutkan di beberapa manga atau anime lainnya, namun setidaknya di manga Dr. Stone ini Indonesia dipersepsikan secara positif. Entah nanti bagaimana di animenya karena memang belum sampai sana jalan ceritanya.
Manga ini juga diakhiri dengan happy ending. Teman sekelas Senku, Taiju dan Yuzuriha akhirnya menjadi pasangan suami istri setelah 3700 tahun memendam rasa. Chrome dan Ruri dari Desa Ishigami juga resmi bertunangan. Sementara Senku masih sibuk dengan upayanya membuat mesin waktu. Mengingatkan kita pada banyak ilmuwan yang tidak menikah semisal Newton, Tesla, dan Voltaire. Walaupun banyak adegan humor di sepanjang jalan cerita, manga Dr. Stone ini terbilang bukan bacaan ringan, butuh pemikiran mendalam untuk memahaminya. Apalagi ada beberapa selipan filsafat yang menyertainya, termasuk hakikat Sang Pencipta dan tujuan penciptaan, dari sudut pandang sains. Jika ditelan mentah-mentah berpotensi ‘mengagungkan’ sains di atas segalanya.
“I’m going to use the power of science to rescue every single person” (Ishigami Senku – Dr. Stone)
Recent Comments